Jika Buah Hati Tak Kunjung Hadir (3)

Jangan Saling Menyalahkan
Sebagaimana makhluk hidup yang lain, manusia membutuhkan keturunan untuk mewarisi dan meneruskan kelangsungan hidupnya. Itulah mengapa anak menjadi dambaan setiap keluarga. Anak bagaikan permata dalam kehidupan mereka. Penyejuk mata ketika keletihan menyapa, menjadi tempat berteduh ketika masa senja (lansia) mulai tiba.

Sekian lama belum dikarunia anak, tentu akan membuat pasangan suami istri risau dan gelisah. Dalam kasus seperti ini, istrilah yang biasanya merasakan beban paling berat. Apalagi ada pandangan bahwa penyebab semua itu adalah dari pihak istri. Ia yang mandul dan tidak bisa melahirkan keturunan. Padahal, bukanlah seperti itu. Bukanlah salah istri, karena setiap takdir Allah-lah yang telah menggariskannya. Lagipula, tidak selalu istri yang menjadi penyebabnya, pihak suami sering pula menjadi faktor penyebab belum dikaruniai anak.

Oleh karena itu, tidak saling menyalahkan atau sikap saling memahami adalah jalan terbaik dalam menghadapi ujian ini. Hendaknya, pasangan suami istri yang belum dikaruniai buah hati saling memberikan dukungan dan nasihat. Saling menasihati untuk bersabar atas takdir yang diberikan Allah. Dengan sikap seperti ini, diharapkan suami dan istri dapat saling menguatkan di tengah badai ujian Allah.

Memang benar, bila buah hati yang dinanti tak kunjung hadir, seringkali yang muncul adalah konflik-konflik rumah tangga yang berkepanjangan. Konflik ini biasanya muncul karena stres (tekanan), entah tekanan yang muncul dari pasangan yang menyalahkan atau kurang men-support atau tekanan dari lingkungan keluarga yang kurang empati dan menyudutkan.

Menghadapi kondisi demikian, janganlah Anda terbawa emosi karena justru bisa menyulut stres yang semakin meninggi. Kuncinya, harus sabar dan saling pengertian, serta saling mendukung antarpasangan sehingga semua pertanyaan yang gencar dari pihak keluarga atau lingkungan tidak sampai membuat pasangan—terutama istri— tertekan (stres atau bahkan depresi). Hadapi saja dengan manis dan teruslah meminta dukungan doa mereka. Misalnya, dengan berkata, “Iya nih, saya belum dikasih momongan oleh Allah. Mohon doanya ya.”

Apabila telah diketahui bahwa pasangan hidup kita mengalami kemandulan atau sekadar infertil (tidak subur) maka tidak selayaknya kita marah-marah atau menyudutkan pasangan. Kalau perlu besarkan dan kuatkan hatinya. Berbicaralah kepadanya dengan penuh kelembutan. Perlu diketahui juga bahwa vonis mandul itu sangat menyakitkan hati. Pasangan kita sangat terpukul.

Saat seperti itu, biasanya seseorang akan sangat sensitif. Jika istri dinyatakan mandul, suami tak perlu menambah beban kepadanya dengan cacian atau cercaan. Istri sangat membutuhkan dukungan suami. Jika suami justru menyudutkannya, betapa sakit luka yang dia tanggung. Suami hendaklah mengambil kesempatan untuk membesarkan hati sang istri.

Allah swt. berfirman, “Dan, sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan, berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.s. Al-Baqarah [2]: 155)

Makna ayat tersebut dalam konteks pembahasan ini adalah kesadaran bahwa apa pun musibah atau cobaan hidup yang kita hadapi (termasuk kesulitan mendapatkan keturunan) adalah kehendak-Nya. Mengapa Allah memberikan cobaan kepada kita? Jawabannya, tiada lain untuk menguji kematangan kita dalam beragama.

Jika kita telah menyadari bahwa cobaan hidup dari Allah itu merupakan pematangan kedewasaan kita dalam beragama, kita juga harus sadar bahwa kekurangan dari pasangan kita adalah anugerah dari Allah. Yakinlah, semua ini terjadi supaya kita lebih dekat kepada-Nya, supaya kita tidak meninggalkan dzikir kepada-Nya. Bukankah Allah lebih mengetahui, sedangkan kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi nanti.

Dalam hadits qudsi disebutkan bahwa Allah swt. berfirman, “Tidak ada seorang hamba pun yang terkena musibah, lalu berpegang kepada-Ku, kecuali Aku akan memberinya sebelum ia meminta kepada-Ku, dan Aku akan mengabulkan sebelum ia berdoa kepada-Ku. Dan, tidak ada seorang hamba pun yang terkena musibah lalu bergantung kepada makhluk selain Aku, kecuali Aku tutup pintu-pintu langit baginya.”

Melalui hadits qudsi inilah Allah swt. mengajarkan cara mengatasi musibah, yaitu dengan bermunajat kepada-Nya.

Image: fiqhislam.com
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts