Jika Buah Hati Tak Kunjung Hadir (6)

Belajar Kepada Nabi Zakariya a.s.
Bagi Anda yang belum dikaruniai amanah berupa momongan, tidaklah perlu berkecil hati. Mari, kita tengok sejenak kisah Nabi Zakariya. Usia Nabi Zakariya bisa dikatakan sudah amat tua, rambutnya telah memutih, dan tulang-tulangnya pun tampak rapuh. Ia tidak dapat berjalan kecuali hanya pergi ke tempat ibadah yang telah menjadi kebiasaannya dan menyampaikan nasihat-nasihatnya, kemudian diteruskan dengan beribadah. Setelah itu, pada pengujung hari, ia kembali untuk menghabiskan gelap malam bersama istrinya yang juga sudah renta di rumahnya.

Nabi Zakariya sangat ingin memiliki seorang anak. Namun, harapan itu hanya dipendam dalam hatinya. Ia tahu, usianya dan istrinya sudah sangat renta. Sampai suatu hari, ketika ia menjenguk Maryam di mihrabnya, didapati keponakannya yang dalam pengasuhannya itu tengah mendapatkan rezeki berupa buah-buahan yang tidak pada musimnya. Padahal, Zakariya tak pernah mengizinkan orang lain untuk menjenguk Maryam. Dia benar-benar menjaga kesucian gadis yang ahli ibadah itu. Nabi Zakariya pun terheran-heran, dari mana Maryam mendapatkan buah-buahan itu.

Zakariya lalu bertanya kepada Maryam, “Wahai Maryam, dari mana kamu memperoleh makanan ini?” Maryam menjawab, “Makanan itu dari sisi Allah. Saat pagi datang aku melihat rezeki itu telah ada dan ketika sore tiba aku melihat rezeki itu telah ada. Padahal aku tidak mengusahakan rezeki tersebut, dan tidak pula meminta kebaikan itu kepada Allah. Rezeki itu mendatangiku sebagai sebuah anugerah, dan aku pun menemukannya di hadapanku dengan mudah. Lalu, mengapa paman merasa bingung dan aneh? Bukankah Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas?”

Keterangan dari Maryam itu telah menyadarkan Zakariya bahwasanya rahmat Allah itu sangat luas. Bila Allah Mahakuasa memberi rezeki kepada Maryam berupa buah-buahan dalam mihrabnya, tentulah mudah bagi Allah untuk memberinya seorang anak, bila Dia menghendaki. Ya, meskipun dirinya dan istrinya sudah tua renta dan tidak lagi produktif, tetapi segala sesuatu adalah mudah bagi Allah.

Dengan keyakinan dan keimanan yang kuat, Zakariya lalu berdoa kepada Allah swt.,
”Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku (orang-orang yang akan mengatur urusan orang banyak) sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah bagiku dari sisi-Mu seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” (Q.s. Maryam [19]: 4-6)

Allah pun menjawab doanya, “Hai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu (yaitu engkau) akan (memperoleh) seorang anak yang bernama Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia,” (Q.s. Maryam [19]: 7). Demikianlah, akhirnya Allah mengaruniakan Yahya, seorang anak yang shalih lagi cerdas kepada Nabi Zakariya.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts